Oleh: dakwahwaljihad | Mei 3, 2010

Maulud Nabi Muhammad

SIAPAKAH PENCETUS MAULID NABI MUHAMMAD –SHALLALLAHU ‘ALAHI WA SALLAM-

Sejarah Perayaan Maulid

Diantara perayaan-perayaan bid’ah yang diadakan oleh kebanyakan kaum muslimin adalah perayaan maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-. Bahkan maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- ini merupakan induk dari maulid-maulid yang ada seperti maulid para wali, orang-orang shaleh, ulang tahun anak kecil dan orang tua. Maulid-maulid ini adalah perayaan yang telah dikenal oleh masyarakat sejak zaman dahulu. Dan perayaan ini bukan hanya ada pada masyarakat kaum muslimin saja tapi sudah di kenal sejak sebelum datangnya Islam. Dahulu Raja-Raja Mesir (yang bergelar Fir’aun) dan orang-orang Yunani mengadakan perayaan untuk Tuhan-Tuhan mereka,[1] demikian pula dengan agama-agama mereka yang lain.

Lalu perayaan-perayaan ini diwarisi oleh orang-orang Kristen, di antara perayaan-perayaan yang penting bagi mereka adalah perayaan hari kelahiran Isa al-Masih –‘alahi wa salaam-, mereka menjadikannya hari raya dan hari libur serta bersenang-senang. Mereka menyalakan lilin-lilin, membuat makanan-makanan khusus serta mengadakan hal-hal yang diharamkan.

Kemudian sebagian orang yang menisbatkan dirinya kepada agama Islam ini menjadikan hari kelahiran Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- sebagai hari raya yang diperingati seperti orang-orang Kristen yang menjadikan hari kelahiran Isa al-Masih u sebagai hari raya mereka. Maka orang-orang tersebut menyerupai orang-orang Kristen dalam perayaan dan peringatan maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- yang diadakan setiap tahun.

Dari sinilah asal mula maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana yang dikatakan oleh as-Sakhawi, “Apabila orang-orang salib/Kristen menjadikan hari kelahiran Nabi mereka sebagai hari raya maka orang Islam pun lebih dari itu.”[2]

Inilah teks penyerupaan dengan orang-orang Kristen. Sesungguhnya perayaan maulid Nabi –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- ini menyerupai orang-orang Kristen, padahal “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum itu.”[3] Dan inilah yang dikabarkan serta yang dikhawatirkan oleh Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, “Sesungguhnya kalian akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian sedikit demi sedikit sampai seandainya mereka masuk ke lubang biawak kalian juga akan mengikuti mereka. “ (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Kapan Sebenarnya Malam Kelahiran Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-?

Malam kelahiran Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- tidak diketahui secara qath’i (pasti), bahkan sebagian ulama kontemporer menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa ia terjadi pada malam ke-9 Rabi’ul Awal, bukan malam ke-12. Jika demikian, peringatan maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- pada malam ke-12 Rabi’ul Awal tidak ada dasarnya, bila dilihat dari sisi sejarahnya.[4]

Siapa Orang Pertama Yang Mengadakan Maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- Dalam Sejarah Islam?

Para Ulama yang mengingkari perayaan bid’ah ini telah sepakat, demikian juga dengan orang-orang yang mendukung acara bid’ah ini bahwa Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- tidak pernah merayakan maulidnya dan juga tidak pernah menganjurkan atau memerintahkan hal ini. Para sahabat beliau, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in yang merupakan orang-orang terbaik umat ini serta yang paling bersemangat mengikuti Sunnah Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- mereka semuanya tidak pernah merayakan maulid. Tiga generasi umat Islam yang telah direkomendasi oleh Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- berlalu dan tidak di temui pada saat-saat itu perayaan-perayaan maulid ini. Tapi ketika Daulah Fatimiyyah di Mesir berdiri pada akhir abad keempat muncullah perayaan atau peringatan maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- yang pertama dalam sejarah Islam,[5] sebagaimana hal ini dikatakan oleh al-Migrizii, [6] dalam kitabnya “al-Mawa’idz wal i’tibar bidzikri al-Khuthath wa al-Aatsar”, “Dahulu para khalifah/penguasa Fatimiyyun selalu mengadakan perayaan-perayaan setiap tahunnya, diantaranya adalah perayaan tahun baru, asy-Syura, maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, maulid ‘Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husein –radhiyallaahu ‘anhum-, dan maulid Fatimah –radhiyallaahu ‘anha- dll.[7]

Pelopor Pertama Maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-.

Pada tahun 317 H muncul di Maroko sebuah kelompok yang dikenal dengan Fatimiyyun (pengaku keturunan Fatimah binti ‘Ali bin Abi Thalib) yang di pelopori oleh Abu Muhammad ‘Ubaidullah bin Maimun al-Qoddah. Dia adalah seorang Yahudi yang berprofesi sebagai tukang wenter, dia pura-pura masuk ke dalam Islam lalu pergi ke Silmiyah, negeri Maroko. Kemudian dia mengaku sebagai keturunan Fatimah binti ‘Ali bin Abi Thalib dan hal ini pun di percaya dengan mudah oleh orang-orang di Maroko hingga dia memiliki kekuasaan.

Ibnu Khalkhan[8] berkata tentang nasab ‘Ubaidillah bin Maimun al-Qaddah, “Semua Ulama sepakat untuk mengingkari silsilah nasab keturunannya dan mereka semua mengatakan bahwa, semua yang menisbatkan dirinya kepada Fatimiyyun adalah pendusta. Sesungguhnya mereka itu berasal dari Yahudi dari Silmiyah negeri Syam dari keturunan al-Qaddah. ‘Ubaidillah binasa pada tahun 322 H, tapi keturunannya yang bernama al-Mu’iz bisa berkuasa di Mesir dan kekuasan ‘Ubaidiyyun atau Fatimiyyun ini bisa bertahan hingga 2 abad lamanya hingga mereka dibinasakan oleh Shalahuddin al-Ayubi pada tahun 546 H.”[9]

Perlu diketahui bahwa kelompok Bathiniyah ini memiliki beberapa nama/sekte. Diantaranya: Nushairiyah, Duruz, Qaramithah (Ubaidiyyin/Fathimiyyin), Baha’iyah, Isma’iliyah dan lain-lain.

Imam Abdul Qahir al-Baghdady (meninggal tahun 429 H) berkata, “Madzhab Bathiniyyah bukan dari Islam, tapi dia dari kelompok Majusi (penyembah api). [10] Beliau juga berkata, “Ketahuilah bahwa bahayanya Bathiniyyah ini terhadap kaum muslimin lebih besar dari pada bahayanya Yahudi, Nasrani, Majusi serta dari semua orang kafir bahkan lebih dahsyat dari bahayanya Dajjal yang akan muncul di akhir zaman.”[11]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t mengatakan, “Sesungguhnya Bathiniyyah itu orang yang paling fasik dan kafir. Barangsiapa yang mengira bahwa mereka itu orang yang beriman dan bertakwa serta membenarkan silsilah nasab mereka (pengakuan mereka dari keturunan ahli bait ’Ali bin Abi Thalib, -pent) maka orang tersebut telah bersaksi tanpa ilmu.

Perlu diketahui bahwa Maimun al-Qaddah ini adalah pendiri madzhab/aliran Bathiniyyah yang didirikan untuk menghancurkan Islam dari dalam. Aqidah mereka sudah keluar dari Islam bahkan mereka lebih sesat dan lebih berbahaya dari Yahudi dan Nasrani. Tidak ada yang bisa membuktikan akan hal ini kecuali sejarah mereka yang bengis dan kejam terhadap kaum muslimin, diantaranya: pada tahun 317 H, ketika mereka telah sangat berkuasa dan bisa sampai ke Ka’bah mereka membunuh jama’ah haji yang sedang berthawaf pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah). Mereka jadikan Masjid Haram dan Ka’bah lautan darah di bawah kepemimpinan dedengkot mereka Abu Thahir al-Janaabi.

Abu Thahir ketika pembantaian ini duduk di atas pintu Ka’bah menyaksikan pembunuhan terhadap kaum muslimin/jama’ah haji di Masjid Haram dan di bulan haram/suci. Dia mengatakan, “Akulah Allah, akulah Allah, akulah yang menciptakan dan akulah yang membinasakan” -Mahasuci Allah dari apa yang ia katakan-. Tidak ada seorang yang thawaf dan bergantung di Kiswah Ka’bah melainkan mereka bunuh satu persatu.

Setelah itu mereka buang jasad-jasad tersebut ke sumur Zam-Zam. Dan mereka cungkil pintu Ka’bah dan mereka sobek kiswah Ka’bah serta mereka ambil hajar aswad dengan paksa. Pemimpin mereka (Abu Thahir) ketika melakukan hal tersebut dia mengatakan: “Dimana itu burung (Ababil), mana itu batu-batu yang (dibuat melempar Abrahah)???” Mereka menyimpan hajar aswad di Mesir selama 22 tahun. [12] Ini adalah gambaran singkat kekufuran Bathiniyyah.

Kesimpulan

Jadi pelopor bid’ah maulid Nabi –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- adalah kelompok Bathiniyyah.[13] Adapun yang mengatakan bahwa maulid tersebut dimulai tahun 604 H oleh Malik Mudaffar Abu Sa’id Kukburi maka ini tidak menafikan hal diatas karena awal maulid tahun 604 H ini di Mushil saja, adapun secara mutlak maka Bathiniyyahlah pencetus pertama Maulid Nabi –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- di dunia, khususnya di Mesir.[14] Mereka mempunyai cita-cita untuk merubah agama Islam ini dan memasukkan hal-hal yang bukan dari agama agar menjauhkan kaum muslimin dari agama yang benar ini. Menyibukkan manusia dari bid’ah (perayaan-perayaan bid’ah seperti maulid) adalah salah satu jalan yang mudah untuk mematikan Sunnah Nabi –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dan menjauhkan manusia dari syari’at Allah.”[15]


[1]DR. Ali Abdul Wahid al-Wafi, al-Adab al-Yunaani al-Qodim, hal. 131.

[2] As-Sakhawi, at-Tibr al-Masbuuk Fii Dzaiissuluuk.

[3] HR. Abu Dawud, Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Irwaul Gholil, (5/109).

[4] Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa ar-Rasaa’il, (2/298-300).

[5]DR. Sulaiman bin Salim as-Suhaimi, al-A’yad wa Atsaruha alal Muslimin, hal. 285-287.

[6]Dia adalah pendukung kelompok Ubaid al-Qaddah (Ubaidyyin). Dia bernama Ahmad bin Ali bin ‘Abdul Qodir bin Muhammad bin Ibrahim al-Husaini al-Ubaidi. Lahir pada tahun 766 H

[7]Al-Khuthoth, (1/490).

[8]Dia adalah Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Kholkhon, pengikut madzhab asy-Syafi’i. Dia dilahirkan tahun 608 H. Seorang ahli sastra Arab dan penyair. Beliau meninggal pada tahun 681 H dan disemayamkan di Damaskus (Pent.).

[9] DR Gholib Al-‘Awajih, Firaq Mu’ashiroh, (2/493-494).

[10] Al-Baghdady, al-Farqu Baina al-Firaq, hal. 22.

[11] Ibid, hal. 282.

[12] Ibnu Katsir, Bidayah wan Nihayah, hal. 160-161.

[13] Ini pendapat yang kuat.

[14] Lihat: al-Bida’ al-Hauliyah dan al-A’yad wa atsaruha.

[15] Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz at-Tuwaijiri, al-Bida’ Al-Hauliyah, hal. 145.


Tanggapan

  1. maaf ustadz… sya tidak spndapat dg ustadz… karna cara ustadz menyikapi tentang ummat islam yg memperingati maulid nabi, bahkan dalil2 tandingan yg ustadz keluarkan sama persis sprti tandingan misionaris kristen menandingi ajaran islam dg ajaran kristen, bahkan cara ustat memfonispun sama persis sprti tulisan sang misionaris kristen yg menandingi alqur’an dg injil dan bible…. semua dalil yg uatadz ambil hanya sepotong…. seperti contoh “muhammad cahaya diatas cahanya” lihat kalimah lainnya. kalimah lengkapnya “muhammadun basyaru lakalbasyari bal huwa kal yakut bainal hajari. muhammad adalah manusia biasa … tetapi tak seperti manusia biasa, ibarat batu intan permata dg batu kerikil. yg di maksud kalimah tersebut bukan menandingi allah dg muhammad… tp mrngagungkan muhammad sebagai makhluk ciptaan allah yg tiada tandingannya dg makhluk lain…. wallahu a’lam…

  2. weehh…terima kasih…informasinya


Tinggalkan komentar

Kategori